Sejarah awal baju T-shirt atau kaos oblong berakar pada abad ke-19 di Eropa dan Amerika Serikat, ketika pakaian ini pertama kali muncul sebagai pakaian dalam untuk pria. Pada masa itu, kaos oblong dirancang sebagai lapisan dasar di bawah pakaian utama, yang bertujuan untuk menyerap keringat dan memberikan kenyamanan tambahan. Kaos oblong awalnya terbuat dari katun, material yang dikenal karena kelembutannya dan kemampuan menyerap kelembapan.
Kaos oblong pertama kali dikenakan oleh para pekerja dan militer. Pada awal abad ke-20, Angkatan Laut Amerika Serikat mengadopsi kaos oblong sebagai bagian dari seragam standar mereka. Desain kaos oblong yang sederhana dan fungsional sangat cocok untuk aktivitas fisik intens yang dilakukan oleh para pelaut. Selain itu, para pekerja industri dan konstruksi juga mulai mengenakan kaos oblong karena kenyamanannya dalam lingkungan kerja yang berat.
Penggunaan kaos oblong mulai menyebar ke masyarakat umum seiring dengan meningkatnya popularitas pakaian ini di kalangan pekerja dan militer. Pada pertengahan abad ke-20, terjadi beberapa perubahan desain awal yang membuat kaos oblong semakin nyaman dan menarik untuk digunakan sebagai pakaian kasual sehari-hari. Salah satu perubahan terbesar adalah penggunaan bahan yang lebih lembut dan elastis, serta potongan yang lebih longgar dan nyaman. Kaos oblong juga mulai tersedia dalam berbagai warna dan gaya, sehingga menarik minat masyarakat luas.
Pada akhirnya, kaos oblong bertransisi dari pakaian dalam menjadi pakaian kasual yang populer di kalangan masyarakat. Penggunaan kaos oblong sebagai pakaian sehari-hari semakin meningkat, terutama setelah Perang Dunia II, ketika para veteran kembali ke rumah dan melanjutkan kebiasaan mengenakan kaos oblong yang telah mereka kenakan selama dinas militer. Dengan desain yang sederhana, nyaman, dan fungsional, kaos oblong menjadi salah satu pakaian yang paling disukai dan ikonik di dunia.
T-shirt atau kaos oblong mengalami transformasi signifikan dari sekadar pakaian dalam menjadi ikon budaya populer dan mode modern. Fenomena ini mulai terlihat sejak tahun 1950-an, ketika bintang film ternama seperti Marlon Brando dan James Dean mengenakan T-shirt dalam film-film mereka. Gaya berpakaian mereka yang santai dan kasual, dipadukan dengan citra pemberontak, menarik perhatian banyak orang dan menjadikan T-shirt sebagai simbol kebebasan dan pemberontakan. Penampilan mereka mempengaruhi generasi muda, yang kemudian mengadopsi T-shirt sebagai bagian dari identitas mereka.
Selain film, musik juga memainkan peran penting dalam mempopulerkan T-shirt. Genre musik seperti rock dan punk tidak hanya membawa inovasi dalam dunia musik, tetapi juga dalam gaya berpakaian. Band-band rock dan punk sering kali mengenakan T-shirt dengan desain dan cetakan yang unik, mencerminkan semangat dan pesan dari musik mereka. Desain-desain ini sering kali mencakup logo band, pesan politik, atau grafis artistik yang menarik. T-shirt dengan desain khas ini kemudian menjadi merchandise yang sangat dicari oleh para penggemar, semakin memperkuat statusnya dalam budaya pop.
Industri mode tidak ketinggalan dalam mengadopsi dan mengembangkan tren T-shirt. Desainer-desainer terkemuka mulai mengeksplorasi berbagai macam desain, warna, dan bahan untuk T-shirt, menjadikannya lebih dari sekadar pakaian kasual. T-shirt menjadi kanvas kreatif yang memungkinkan berbagai ekspresi artistik dan mode. Dari T-shirt berlogo brand mewah hingga yang dihiasi dengan karya seni, variasinya semakin beragam dan menarik minat berbagai kalangan.
Di era modern, T-shirt tetap relevan dan terus menjadi ikon mode yang tak lekang oleh waktu. Fleksibilitasnya dalam mencerminkan kepribadian, kenyamanan, serta kemampuannya untuk beradaptasi dengan berbagai tren mode menjadikan T-shirt sebagai pilihan utama dalam berbagai situasi, dari kasual hingga semi-formal. Popularitasnya tidak menunjukkan tanda-tanda akan surut, menjadikannya salah satu item fashion paling universal dan abadi.